'Burkini Ban' Meningkatkan Penjualan Burkini



Foto 'Burkini Ban' di atas menyebar dengan cepat. Muslimah geram dengan tindakan polisi Perancis yang memerintahkan seorang perempuan menanggalkan busana lengkapnya.




Waktu itu baju renang Muslimah belum mudah diperoleh.
Kata burkini pun saya baru tahu dari putri saya.
Tentu saja yang saya tulis bukan 'burkini ban' atau pelarangan berburkini.
Ketika itu saya sedang mempertimbangkan akan berenang untuk mengatasi nyeri punggung bawah yang saya alami.
Menurut sejarah, Aheda Zanetti, desainer berdarah Libanon-Australia adalah founder perusahaan Ahiida Pty Ltd (AHIIDA) pada tahun 2003, perusahaan baju renang dengan brand Burqini atau Burkini.


889
Aheda Zanetti

Burkini awalnya dirancang terinspirasi dari keponakan Aheda yang kesulitan berolahraga dengan berbusana Muslim tradisional. Dari sinilah Aheda merancang baju renang yang memenuhi syariat Islam tetapi tetap ringan dan nyaman dipakai berolahraga.
Menurut Aheda, burkini merupakan hasil pemikiran desain baju renang yang terdiri dari dua potong seperti bikini, tetapi lebih ringkas dari burka (baju Muslim berupa abaya yang menutup seluruh tubuh dari kepala, umumnya dikenakan muslimah Afganistan).


Burkini swimwear which is "two piece like a bikini" and "smaller than a burka" (a full cover over coat)

burqini-swimwear-freedom-flexibility-confidence
Burqini/Burkin


Beberapa hari ini media massa ramai dengan berita tentang 'burkini ban'.
Pemerintah Perancis telah mensahkan pelarangan pemakaian burkini (burkini ban) di pantai di limabelas kota di seluruh Perancis.
Bahkan presiden Perancis sendiri, Nicolas Sarkozy, mengusulkan pelarangan burkini di seluruh Perancis.
Perancis memang sejak tahun 2004 melarang pemakaian simbol-simbol keagamaan, termasuk salib, tutup kepala Yahudi, jilbab Muslim sebagai pelengkap busana di seluruh sekolah negeri.
Tetapi belakangan lebih intens ditujukan pelarangan untuk Muslimin, termasuk niqab atau cadar dan burqa.
Berita paling heboh adalah ketika seorang perempuan yang sedang berjemur di pantai di Nice, berpakaian tertutup lengkap, didatangi oleh empat orang polisi.
Perempuan ini terlihat membuka baju lengan panjang birunya.
Seorang fotografer mengabadikan adegan buka baju ini dengan lensa tele.
Perempuan ini pun kemudian harus membayar denda sebesar 38 Euro ($42).
Mirisnya, warga yang ada di sekitarnya memberikan applaus ke polisi tersebut dan berteriak ‘Go home’, ‘We don’t want that here’, ‘France is a Catholic country’.
Perempuan ini dipermalukan dan putrinya pun sampai menangis karena tidak mengerti, kenapa ibunya diperlakukan seperti itu.
Kebencian terhadap Islam meningkat setelah adanya insiden Nice awal Juli yang lalu.
Seperti diberitakan beberapa minggu yang lalu, sebuah truk telah sengaja melindas warga yang sedang menonton pesta kembang api dalam rangka peringatan peristiwa Bastille.
Diperkirakan 80an warga tewas, termasuk warga asing dan anak-anak.
Pelarangan burkini dan adanya insiden Nice membuat berbagai kritikan meluas.
Beberapa protes berlangsung di depan kedutaan Perancis di beberapa negara tetangga.
Memang, sih, pengadilan akhirnya menunda pelarangan berburkini di seluruh Perancis.
Baca juga: French Court Suspend Burkini Ban
Lepas dari pelarangan burkini yang juga merambat ke Jerman, ternyata penjualan burkini malah meningkat.
Uniknya pembelinya justru dari konsumen non Muslim.
Karena burkini sebetulnya cukup diminati di kalangan non Muslim, terutama untuk melindungi kulit seluruh tubuh dari sengatan matahari.
Survivor kanker kulit merupakan konsumen utama burkini.
Mereka cukup terbantu dengan adanya desain baju renang seperti ini.
Adalah desainernya sendiri yang kewalahan menerima pesanan di akhir minggu kemarin.
Biasanya Aheda hanya melayani 10 hingga 12 pesanan online di hari Minggu.
Sejak adanya pelarangan, ordernya meningkat menjadi 60 pesanan online, dan semuanya dari non Muslim.
Walaupun Aheda kecewa dengan adanya pelarangan berburkini, karena menurutnya, tidak ada bedanya politikus Perancis dengan Taliban di Afganistan.
Tujuannya dulu dia mendesain baju renang seperti itu adalah memberikan kebebasan bagi Muslimah, supaya tetap dapat berolahraga dengan pantas.

Perhatian pada busana Muslim sebetulnya mulai diminati oleh desainer dunia seperti Dolce & Gabanna dengan koleksi abayanya. Kemudian Uniclo dengan koleksi hijabnya.
Jadi, melarang perempuan memakai busana yang diyakini benar menurut syariat adalah mengada-ada.
Diberdayakan oleh Blogger.