Antara Perencanaan dan Perancangan

Perencanan dan perancangan.
Sepintas kedua kata tersebut mirip, sama-sama terdiri dari 11 huruf.
Awal kata sama-sama ada p-e dan r. Di tengah ada n-c-a dan n.
Di akhir ada a dan n.
Klop deh.
Istilah awam, keslimur.
Mungkin hanya orang-orang teliti seperti +Salmon Martana yang memperhatikan perbedaan tersebut.
Ketika Salmon khusus inbox ke FB saya tentang kekeliruan tersebut, saya baru tersadar.

"Bu Tri,.... judul yang tercetak di cover salah. Bukan Perancangan Wilayah dan Kota tapi Perencanaan Wilayah dan Kota...."


Saya langsung cek-cek cover buku terakhir saya.
Bagaimana bisa, saya baru menyadarinya sekarang?
Cover atau sampul buku salah.
Walaupun cover dalam, sinopsis di halaman belakang, dan daftar isi sudah betul.

Buku terakhir saya adalah tentang buku seri "Kuliah Jurusan Apa?" yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Buku ini ditujukan bagi siswa SMP atau SMA yang masih bingung akan kuliah jurusan apa nantinya.
Sampai saat ini saya sudah menulis dua judul untuk buku seri tersebut.
Yang pertama adalah "Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Seni Rupa dan Desain".
Buku yang pertama telah terbit tahun 2015 yang lalu.

Sedang judul kedua yang saya usulkan adalah "Kuliah Jurusan Apa? Program Studi Arsitektur dan Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota".
Dalam perkembangannya, setelah terbit, buku saya jadi berjudul "Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur dan Perancangan Kota dan Wilayah".

Alasan saya mengusulkan judul memakai kata "program studi" adalah berdasarkan pada Undang-undang RI no 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Bahwa program pendidikan dilaksanakan melalui program studi.
Jadi sebetulnya kata "jurusan" tidak dipakai lagi dalam dunia pendidikan tinggi.
Tetapi awam masih terbiasa dengan kata "jurusan" untuk menjelaskan bidang yang dipilih waktu kuliah.
Walaupun sering mengundang gurauan, jurusan identik dengan rute angkutan umum atau bis kota.

Awalnya saya hanya mengusulkan program studi Arsitektur saja.
Pada waktu menyusun naskah yang diberi waktu hanya 3 minggu, muncul pemikiran untuk menambahkan juga program studi Perencanaan Wilayah & Kota (PWK) di dalam pembahasan buku saya.

Kenapa?

Karena kedua ilmu itu memang bersinggungan.
Tidak akan ada sebuah karya arsitektur dapat terbangun, kalau tidak ada ijin dari pemerintah atau pemangku kebijakan setempat.
Setiap kota dan bagian wilayah kota bahkan desa di seluruh Indonesia harusnya mempunyai aturan pembangunan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang.
Karya arsitektur harus sinergi dengan tata ruang sekitarnya.
Kalau tidak, pembangunan akan kacau dan tidak terarah.
Begitu eratnya keterkaitan kedua program studi tersebut, bahkan ada Program Pasca Sarjana peminatan "Urban Design", yang memerlukan kerjasama dan pemikiran matang dari Arsitektur dan Perencanaan Wilayah & Kota.

Di dalam buku saya tersebut saya jelaskan dengan rinci kekhasan dari masing-masing program studi.
Mulai dari kelompok bidang keahlian, berbagai studio yang harus ditempuh, penyusunan CV dan portofolio. Kemudian seluk beluk mengatur waktu, kegiatan lain di luar kuliah seperti kerja praktek, pameran dan pengabdian pada masyarakat.
Tentu saja yang tidak kalah penting, profesi dan bidang kerja dari kedua program studi tersebut.

Ketika saya tahu ada kesalahan pada cover buku, cukup membuat saya sulit tidur selama beberapa hari.
Mau promosi jadi tidak pe-de.
Bagaimana, bila pakar arsitektur atau pakar PWK teliti membaca cover.
Kan, penulisnya yang disalahkan.
Mungkin awam cukup komentar, ah, salah-salah dikit ini.
Bagi yang tahu bisa menjadi masalah, karena asal katanya saja beda.

Mari simak penjelasan di bawah ini:
Rencana: pada waktu kuliah diajarkan, bahwa rencana merupakan terjemahan dari plan. Namanya juga plan, rencana, artinya ya, masih berupa konsep, berupa panduan. Harus ada langkah-langkah lain lagi untuk mewujudkannya. Itu sebabnya, dulu, program studi PWK bernama Planologi.
Dalam KBBI, bahkan dijelaskan spesifik, perencanaan kota, artinya upaya pemikiran dan perencanaan pengembangan kota agar dicapai pertumbuhan yang efisien dan teratur.

Rancang: di dunia yang bergelut dengan rancang-merancang, kata ini merupakan terjemahan dari design. Jadi mewujudkan dari yang tidak ada menjadi ada. Misalnya, rancangan baju, rancangan rumah tinggal.
Kalau dalam KBBI, berarti proses, cara, perbuatan merancang.

Bahwa nantinya sarjana arsitektur akan melanjutkan pendidikan pasca sarjananya menjadi Urban Designer.
Begitu pula sarjana PWK silahkan melanjutkan pendidikan pasca sarjana juga menjadi Urban Designer. Mungkin itu masalah lain.

Yang pasti, buku saya covernya salah.
Dan sudah ada di toko-toko buku Gramedia, Rumah Buku, dan di toko-toko online.
Tak bisa lain, saya hanya dapat menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan cover buku saya tersebut. Walaupun bukan salah saya, sih.
Diberdayakan oleh Blogger.